Sunday, October 28, 2007

Painted Veil

Dalam sebuah adegan film Painted Veil, dr. Fane mengajak masuk Kitty ke dalam sebuah florist. Waktu Kitty mengamati bunga-bunga mawar dan menciumnya, dr. Fane bertanya pada Kitty dan terjadilah dialog berikut ini:

“Do you like flowers?” “Not particularly, no.” …. “Well, I mean, yes. But we don’t really have them around the house.” …. “Mother says, ‘Why purchase something you can grow for free?’. Then we don’t really grow them either.” … “Does seem silly really, to put all that effort into something that’s just going to die.”

Bagi Kitty, membeli mawar yang akan layu dan mati dalam seminggu adalah usaha yang sia-sia. Tapi kemudian dalam perjalanan hidupnya, ia menemukan bahwa memancarkan keindahan bagi sekeliling, meski hanya seminggu, adalah hal yang berharga.

Film ini indah, karena melihat realita cinta apa adanya. Cinta yang disakiti dan dikhianati. Film ini bernilai karena melihat cinta layak untuk diperjuangkan, meski kemudian hanya bisa dinikmati sesaat saja. Film ini berkesan, karena melihat hidup adalah kesempatan.

Pada akhirnya kehidupan dan cinta tidak bisa dinilai dari panjang atau pendeknya waktu yang tersedia untuk itu. Tapi dari penilaian kita akan layaknya untuk diperjuangkan. Kejatuhan tidak harus selalu membawa kepada kehilangan. Tapi kejatuhan bisa membawa pengharapan baru sekalipun samar dan terselubung.

Akhirnya, film ini menggugah nurani karena memberi ruang bagi pengampunan yang membuka aliran bagi pengharapan dan cinta yang baru, cinta yang lahir dari pengertian dan pengorbanan.

0 comments: